BukuResensiKu - Misteri Soliter

Judul : Misteri Soliter
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerjemah : A. Raharti Bambang
Penerbit : PT Mizan Pustaka
ISBN: 9789794339039
Tebal : 484 halaman
Rating : 5 dari 5




Blurb:

Hans Thomas, 12 tahun, bersama sang ayah melakukan perjalanan ke Yunani untuk mencari sang ibu. Perjalanan panjang itu diwarnai kejadian-kejadian aneh. Seorang kurcaci memberi Hans Thomas sebuah kaca pembesar, seorang tukang roti memberikan sekerat roti berisi buku mini yang berkisah tentang pelaut yang terdampar di sebuah pulau; setumpuk kartu remi yang tiba-tiba hidup, dan seorang Joker yang nyaris tahu segala.

Siapakah mereka? Dan ke manakah mereka akan membawa Hans Thomas? Misteri Soliter adalah bacaan yang ditulis khusus bagi mereka yang ingin belajar filsafat tanpa harus berkerut kening. Kisah di dalam kisah, karakter yang mungkin nyata, mungkin pula tidak, masa lalu dan masa depan. Sebuah kisah yang menyajikan teka-teki dan eksplorasi kehidupan yang memukau.


***


Tidak seperti perjalanan berlibur biasa yang dilakukan seorang ayah dengan anaknya, namun kali ini Hans melakukan perjalanan untuk mencari sang ibu yang telah delapan tahun meninggalkan mereka. Mereka berniat untuk membawa pulang ibu mereka yang sedang mencari jati diri, yang terjatuh dalam pusaran dunia pupularitas di Yunani; Anita, ibu Hans, adalah seorang model terkenal di tanah para filsuf itu.

Saranku untuk semua orang yang berusaha menemukan jati diri adalah: tetaplah tinggal di tempatmu sekarang. Kalau tidak, kau dalam bahaya besar kehilangan dirimu selamanya. --- halaman 26

Karena ada peraturan tidak tertulis di antara keduanya, bahwa Pa dilarang untuk merokok di dalam mobil, dan Hans dilarang untuk mengeluh sepanjang perjalanan, maka disepakati bahwa mereka akan sering berhenti untuk istirahat dan membiarkan Pa untuk merokok.

Saat dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pria pendek (seukuran kurcaci) yang mengarahkan mereka untuk melewati Dorf. Di sana, Hans dan Pa bertemu dengan seorang tukang roti yang memberikan Hans empat buah roti kadet (buat yang penasaran dengan roti kadet, rotinya seperti ini). Kata si tukang roti, Hans boleh membaginya dengan Pa, namun yang terbesar harus dimakannya sendiri. Hans juga bertemu dengan kurcaci yang memberinya kaca pembesar. Rupanya, ada misteri di balik itu semua yang harus dirahasiakan Hans dari Pa:ada sebuah buku mini yang dipanggang dalam roti kadet miliknya. Kaca pembesar itu, adalah alat bantu bagi Hans untuk menguak misterinya.

Sepanjang perjalanan, dalam momen-momen berhenti itu, Pa mengajarkan banyak hal seputar kehidupan pada anaknya. Pa sendiri adalah seorang anak haram, bahkan menyedihkan dari itu, ayahnya seorang tentara Jerman yang menyerang Norwegia. Kisah ini membuat Pa menjadi anak yang terbuang. Pa memutuskan untuk menjadi seorang pelaut. Pa juga melontarkan pertanyaan-pertanyaan filosofis kepada anak dua belas tahunnya.

Yang paling membuatku terkesan, bahwa segalanya berasal dari satu sel. Berjuta-juta tahun lalu sebutir biji kecil muncul, lalu terbelah dua, dan seiring waktu, biji kecil muncul, lalu terbelah dua, dan seiring waktu, biji kecil ini berubah menjadi gajah dan pohon apel, raspberry dan orang utan. Kau memahami jalan pikiranku Hans Thomas? --- halaman 130

Hans Thomas mendapatkan buku dalam roti kadet. Di dalamnya, terdapat kisah yang menceritakan tentang petualangan seorang pelaut yang terdampar di sebuah pulau aneh. Di sana pemuda itu bertemu dengan kurcaci-kurcaci yang merupakan simbolisasi kartu remi. Pemuda itu bertemu dengan Forde (yang berukuran manusia normal) yang menceritakan tentang asal-muasal bagaimana para kurcaci itu berada di sini, dan bagaimana pula Forde bisa sampai di pulau misterius ini.

Yang membuat Hans terheran-heran adalah, banyak kesamaan yang terjadi dalam kehidupannya dengan cerita tentang kehidupannya di dunia nyata. Namun, Hans tetap menjaga misteri tentang buku tersebut dari Pa. Dengan membaca buku tersebut, membuat Hans juga memiliki kosakata filosofis untuk mengimbangi kisah yang dipaparkan ayahnya.

Semakin dekat perjalanan mereka ke Athena, semakin membuat mereka khawatir, apakah perjalanan ini akan berakhir dengan sia-sia, atau mereka pada akhirnya dapat membawa kembali Mama dan menariknya dari jebakan menemukan jati diri di sana.


***


Kehidupan adalah satu undian besar di mana hanya tiket-tiket pemenangnya yang tampak. 

Berbicara tentang filsafat, kita tidak akan luput dari pertanyaan-pertanyaan penting seputar kehidupan yang terkadang, lupa untuk terpikir oleh kita. Padahal, pertanyaan-pertanyaan tersebut begitu fundamental bagi kehidupan manusia. Pernahkah kita bertanya, dari mana kita berasal? Apa tujuan kita hidup di dunia? Ke manakah kita akan pergi sesudah meninggal nanti? Pa menyinggung ini dalam suatu obrolan saat mereka tengah beristirahat dalam perjalanan mereka menuju ke Athena untuk membawa pulang Mama.

Menurutku merupakan misteri bagaimana orang-orang di bumi bisa menjelajahi dunia begitu saja tanpa mengajukan pertanyaan, lagi dan lagi, tentang siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Bagaimana kehidupan di planet ini bisa menjadi sesuatu yang kauabaikan atau kausepelekan begitu saja?

Bagi saya, pertanyaan itu sudah menggaung sebegitu lama, karena saya mengenal tema ini bahkan ketika beranjak dewasa sekitar, hmmm, dua belas tahun yang lalu (tua juga ya sekarang, hahaha). Ternyata perkenalan saya dengan filsafat selama itu, meskipun tidak secara sadar saya mengeahuinya. Pertanyaan besar tersebut rupanya bagi banyak orang masih menjadi misteri. Sebegitu misterinya jawaban dari pertanyaan tersebut, bahkan orang-orang yang berpikir tentang itu hanyalah segelintir orang saja. Percakapan antara Pa dan Hans Thomas menjadi pengingat kembali bagi para pembaca untuk menekuri asal muasal dirinya dalam belantara kehidupan dunia.

Sementara itu, cerita dalam buku roti kadet membuat kita berpikir dalam. Gaarder menyajikan realitas dengan fiksi secara bersamaan dan membenturkannya untuk membuat pembaca bertanya-tanya: di mana batas antara ilusi dan kenyataan, lalu dijelaskan dengan penjelasan yang rasional (meskipun tentu saja, celah besar tentang apakah ini nyata itu maya masih terbuka dengan lebar). Yang membuat saya bertanya-tanya adalah tentang Joker (Joker ini mirip dengan lelaki dalam khayalan Petter dalam Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng). Bagi saya, Joker merupakan misteri terbesar yang belum terpecahkan, tidak hanya di dalam dunia buku ini saja. Mungkin juga dalam dunia ini. Mungkin saya adalah Joker? Hahaha, bisa jadi saya memang Joker dalam wujud manusia.

Selain tentang itu, kisah kartu-kartu tersebut begitu menarik. Yang saya suka adalah tentang penanggalan kartu berdasarkan jumlah kartu remi, dan yang mengejutkan: Hari Joker. Dalam kisah filosofis yang diceritakan Pa, saya juga senang saat Pa menceritakan tentang mitologi Yunani, dan juga cerita tentang filsuf di masa lalu. Yang saya suka, tentu saja saat Pa menyinggung soal Socrates.

Socrates tanpa ragu berkata pada diri sendiri bahwa dia hanya tahu satu hal--yaitu bahwa dia tidak tahu apa-apa. 

Saya akhiri review ini dengan sebuah kutipan antara Pa dan Hans yang benar-benar menyentuh hati:

"Kalau begitu, berarti ada dunia lain?" Pa mengangguk sembunyi-sembunyi. "Dunia lain adalah jiwa kita sebelum menyarangkan diri di tubuh, dan akan kembali ke sana bila tubuh itu mati akibat kerusakan waktu."

"Mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan planet ini sebelum mengetahui lebih banyak tentang siapa diri kita dan dari mana kita berasal."


Membaca novel ini membuat saya memandang kartu remi dengan cara yang lain.

***

Novel ini dibaca dalam rangka even BBI (Blog Buku Indonesia) di bulan Maret, yaitu baca bareng sama followers twitter.

Ada giveaway untuk buku ini dan karya-karya Jostein Gaarder lainnya.



~ MyBookComic

Do you Like This BukuResensiKu - Misteri Soliter ? Let's Share via